Ada apa dengan cinta?

Ajarkan Aku Mencintaimu

    Terkadang perasaan itu merupakan sebuah keajaiban. Namun terkadang dengan perasaan, semua orang menjadi gelisah. Suatu pertanyaan muncul ke permukaan, Mengapa? Itu merupakan pertanyaan yang mewakili semua pernyataan. Perasaan merupakan sebuah ilusi yang muncul dari sebuah fatamorgana.

    Semua fatamorgana berawal dari sebuah tatapan yang tak sengaja. Dengan adanya tatapan tersebut, membuat sebuah perasaan itu muncul. Lantas mengapa itu bermunculan. Tak bisa dipungkiri, penyebab itu semua ialah hakikat seorang manusia. Tak ada yang bisa mengelaknya dari hakikat tersebut, namun kita bisa menghindarinya.

    Para pembaca sekalian, pernah tidak merasakan sebuah cinta? Mungkin semua pembaca, pernah mengalaminya. Tapi perlu diketahui, bahwa itu semua berawal dari tatapan kemudian berlanjut ke dalam sebuah perasaan, yang berakhir dengan cinta. Saya sendiri membagi tingkat cinta itu menjadi 3 bagian dasar, di antaranya Kagum, suka dan mencintai. Jika pembaca penasaran dengan kelanjutannya, simak hingga akhir pembahasan.

  • Kagum

    Kagum merupakan suatu perasaan yang muncul dari suatu tatapan. Itu semua muncul dengan adanya tindakan antara salah satu objek yang berfokus ke arah subjek pandangan. Dengan seiring waktu, semakin banyaknya tatapan antara salah satu objek. Maka besar kemungkinan berlanjut pada tahap berikutnya, yaitu suka. Apakah kagum bisa dikatakan perasaan? Ya, memang kagum itu merupakan bagian dari pada suatu perasaan. Tetapi kagum merupakan bagian dasar atau terendah dalam hal Cinta. Apakah cinta itu bisa dikatakan kagum? Tidak, karena butuh beberapa tahapan untuk sampai pada tingkatan cinta.

    Namun terkadang mengagumi sesuatu itu merupakan hal yang elusif. Itu semua didasarkan pada kenyataan yang dirasakan. Perlu diketahui bahwa, mungkin butuh beberapa atau lebih sebuah tatapan. Hingga bisa mencapai yang dinamakan dengan kagum. Karena kagum itu sendiri, tidak mungkin bisa muncul jika memandang objek dengan sekali tatapan. 

    Akan tetapi, ada kecil kemungkinan seseorang itu bisa mudah untuk mengagumi seseorang. Semua itu bisa berawal dari suatu hal yang spesial, atau sesuatu yang khas pada sebuah objek dari pada objek yang lain. Menurut saya, banyak yang terlibat dalam hal mengagumi. Karena manusia ini diciptakan berbeda-beda, sehingga antara seseorang dengan orang lainnya itu memiliki suatu yang khas atau spesial.

    Oleh karena itu, pada tingkatan ini jarang ada yang bisa memiliki hati di antara kedua belah pihak atau bisa dikatakan jadian. Sangat kecil kemungkinan seseorang itu bisa mencintai, seperti yang telah dipaparkan sebelumnya. Maka dapat dikatakan bahwa pada dasarnya semua itu tumbuh ataupun tercipta dari suatu pandangan objek yang dilihat. 

    Maka pandangan merupakan sesuatu yang memikat dan mengikat suatu objek yang dituju. Perlu di ingat, untuk menghindarinya cukup menjaga dan menundukkan pandangan. Persis seperti dalam Al-Quran surat an-nur ayat 24:

 يَوْمَ تَشْهَدُ عَلَيْهِمْ أَلْسِنَتُهُمْ وَأَيْدِيهِمْ وَأَرْجُلُهُم بِمَا كَانُوا۟ يَعْمَلُونَ 

     Artinya: Pada hari (ketika), lidah, tangan dan kaki mereka menjadi saksi atas mereka terhadap apa yang dahulu mereka kerjakan.

  •     Suka

    Pada tahapan selanjutnya, yaitu suka. Suka merupakan suatu hal atau kondisi yang mana seseorang itu memiliki banyaknya kekaguman terhadap suatu objek yang dituju. Sama halnya dengan kagum, namun tingkatan suka berada pada tingkatan yang kedua. Di mana rasa suka itu tertuju kepada sebuah objek. Apakah suka bisa dikatakan cinta? Tidak, karena perasaan suka itu merupakan suatu kondisi di mana seseorang itu tertarik kepada suatu objek. Namun, objek yang tertuju itu tak ingin ia miliki, itulah yang dikatakan dengan suka. 

    Namun, perasaan suka itu terkadang bisa mewakilkan cinta. Akan tetapi, bisa dipastikan bahwa itu bukan merupakan sebuah cinta yang abadi. Melainkan hanya sebuah perasaan sementara kepada suatu objek. Pada tingkatan kedua ini, banyak yang mengklaim bahwa  subjek itu benar-benar memiliki perasaan yang abadi. Padahal perasaan ini, merupakan suatu sifat yang sementara dan tak bertahan untuk selamanya.

    Apakah suka itu merupakan benih cinta? Ya, suka merupakan tahapan yang bisa mewujudkan seseorang itu dengan kata cinta. Tapi hanya segelintir yang memiliki keinginan untuk memiliki objek tersebut. Banyak yang terjadi di luar sana, seseorang itu memiliki perasaan suka padahal ia hanya tertarik pada suatu objek, bukan untuk memiliki objek tersebut.

    Ketertarikan merupakan suatu hal yang wajar terjadi. Sebab tertarik kepada suatu objek merupakan salah satu sifat yang dimiliki oleh manusia. Ngomong-ngomong masalah ketertarikan, sifat atau perilaku tertarik kepada sesuatu itu pastinya tidak muncul dengan sendirinya. Munculnya sifat atau perilaku tertarik itu melalui beberapa pendekatan. Di antaranya pendekatan belajar, pendekatan insentif dan pendekatan kognitif. 

    Pendekatan belajar itu sendiri muncul karna sifat naluri atau ilmu yang didapatkan oleh dasar mempelajari suasana di sekitar atau alam. Perilaku ini terjadi sebab perilaku ini sering diulangi, dan juga perilaku ini merupakan suatu kondisi pembelajaran dari social learning. Alhasil, terciptalah daya tarik tersendiri akan suatu objek yang dituju.

    Pendekatan insentif merupakan kondisi di mana orang cenderung memperhitungkan segala hal akan tindakan yang akan dilakukannya. Seperti halnya melakukan suatu aktivitas, mereka memikirkan terlebih dahulu bagaimana tindakan yang akan dibuat. Hingga menghasilkan suatu aktivitas yang bermutu. Orang yang memiliki sifat ini cenderung berpikir rasional dan memperhitungkan akan kerugian dan keuntungan yang ia dapatkan.

    Terakhir adalah pendekatan kognitif, ini merupakan suatu kondisi di mana seseorang itu berpikir bahwa semua tindakan yang ia lakukan berdasarkan hasil. Penerapannya dengan cara menginterpretasikan bagaimana penyebab-penyebab itu terjadi. Mereka merasakan sifat tertarik pada saat ini atau hal yang baru terjadi. Bukan merupakan suatu perasaan yang terjadi dimasa lalu.

  • Mencintai

    Terakhir pada tingkat yang ketiga ialah mencintai. Mencintai merupakan kondisi di mana kita menyukai dan kagum terpesona dengan sifat atau objek yang dituju. Namun, kebanyakan orang tak sanggup untuk mencintai. Karena mencintai merupakan suatu hal yang sulit untuk dijalankan. Apalagi untuk diceritakan, karena mencintai itu suatu sifat yang abadi dan sulit untuk melepaskannya.

    Apakah orang yang menikah itu memiliki rasa mencintai? Belum tentu, karena sifat mencintai itu sangat sulit untuk dilakukan. Mungkin mudah untuk mengatakan aku mencintaimu. Tetapi untuk mencintai itu sangatlah sulit. Terkadang orang yang sudah memiliki ikatan atau menikah itu, tidak memiliki perasaan mencintai lagi. Di karenakan sebagian orang yang menikah itu, bukan untuk mempertahankan cintainya. Namun, untuk mempertahankan hubungan rumah tangga yang telah mereka bangun.

    Apakah mencintai itu sifatnya abadi? Ya, mencintai itu sifatnya abadi. Tetapi semua itu tergantung dengan pribadi atau personal. Di mulut boleh-boleh saja, mengatakan aku mencintaimu. Akan tetapi hati tak akan pernah berdusta. Hanya sifat dari cinta itu sendiri abadi, tetapi dalam menerapkannya segelintir orang tak demikian. Oleh karena itu hanya usaha dan kerja keras yang bisa mendekati percintaan.

    Ajarkan aku mencintaimu. Hanya sebagian orang yang mengalaminya. Karena bisa dipastikan, bahwa mereka yang pernah memiliki hubungan sebelum menikah. Tentunya sudah merasakan apa itu cinta. Cinta itu buta, cinta itu ilusi, dan terkadang cinta itu merupakan inspirasi. Sejatinya, susah untuk mendapatkan yang namanya mencintai. Karena mencintai, didasarkan pada perasaan saling suka antara satu orang dengan orang lain. Juga memiliki hubungan yang sangat kuat dibandingkan perasaan lainnya.


"Manisnya kata cinta, tak semanis gula. Akan tetapi pahitnya cinta, membuat abadi selamanya."

Ada apa dengan cinta? Ada apa dengan cinta? Reviewed by Ahmad Mufadhdhal on March 18, 2022 Rating: 5

1 comment